Riya adalah memamerkan amalan kebaikan dengan tujuan ingin mendapatkan pujian dari manusia, bukan ingin mendapatkan pujian dari Allah.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berbuat riya secara umum adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan keluarga
Terkadang seseorang tumbuh di lingkungan keluarga yang sifat dan perilakunya selalu riya, sehingga anak-anaknya mengikuti dan meniru sifat-sifat tersebut. Semakin lama sifat tersebut semakin melekat pada jiwa si anak hingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadiannya yang tidak dapat dipisahkan lagi hingga ia dewasa. Oleh sebab itu, Islam menganjurkan kepada umatnya agar memperhatikan faktor agama dalam memilih pasangan hidup. Rasulullah saw bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara: kecantikannya, keturunannya, hartanya, dan agamanya. Maka, pilihlah yang memiliki agama, pasti kamu akan bahagia”. (HR. Abu Daud).
Jadi, dasar pendidikan pertama seseorang adalah keluarga. Di dalam keluarga terbentuk kebiasaan, kecenderungan, dan pandangan hidup seseorang. Kebiasaan seseorang akan dipengaruhi oleh kebiasaan yang ada di dalam keluarganya. Pengaruh di dalam keluarga diantaranya ialah cara berpikir, komunikasi, pendidikan agama, tradisi dan adat istiadat dan hal-hal tersebut akan nampak pada perilakunya.
2) Teman yang berakhlak tidak baik
Dalam hadits Rasulullah bersabda, yang artinya: “Seseorang akan hanyut dalam kebiasaan teman bergaulnya. Untuk itu, hendaklah kamu memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatmu”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad yang shahih). Jadi, jika teman bergaul seseorang baik, maka baiklah ia. Akan tetapi, jika tidak baik akhlaknya, maka rusaklah ia.
3) Tidak mengenal Allah SWT dengan baik
4) Cinta kehormatan dan kedudukan
5) Tamak terhadap milik orang lain
6) Gila hormat dan sanjungan
Ia selalu mengharap setiap orang memujinya, dan menginginkan di setiap majelis kebaikannnya disebut-sebut, kemudian ia akan tersanjung dengan hal itu.
7) Pengawasan ketat dari atasan
8) Kekaguman orang lain
Dalam sebuah hadits diceritakan, ada seseorang yang sedang memuji-muji saudaranya di hadapan Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Celakalah engkau, engkau telah memotong leher saudaramu. Engkau telah memotong leher saudaramu”. Beliau mengatakannya berulang-ulang. Kemudian melanjutkan ucapannya, “Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah, ‘Aku hanya mengira si fulan itu begitu (kata pujian), tetapi Allah lah yang menguasai perbuatannya. Dan aku tidak akan menganggap suci seseorang di hadapan Allah’”. (HR. Muslim). Jadi, dalam menyampaikan rasa kagum kepada seseorang, harus dengan penuh hati-hati dan tidak berlebihan, karena dapat berakibat tidak baik bagi orang tersebut, serta dapat merusak kepribadiannya.
9) Takut mendapatkan hinaan.
10) Lalai terhadap bahaya riya.